Friday, 28 April 2017
Comment
Admin
Friday, 28 April 2017
Perintah agama untuk menolong orang lain itu mutlak benar. Bahkan, ada semakin banyak studi ilmiah yang membuktikan itu. Secara medis, memberikan bantuan pada orang lain memiliki lebih banyak manfaat bagi otak Anda daripada saat Anda menerima bantuan dari orang lain.
Christopher Bergland, menulis untuk psychologytoday.com pada 21 Februari 2016, mengutip hasil studi Tristen Inagaki, Ph.D., dari University of Pittsburgh dan Naomi Eisenberger, Ph.D., dari University of California, Los Angeles (UCLA), di Amerika Serikat. Hasil studi berjudul ‘The Neurobiology of Giving Versus Receiving Support: The Role of Stress-Related and Social Reward-Related Neural Activity’ itu diterbitkan Psychosomatic Medicine: Journal of Biobehavioral Medicine.
Hasil studi menunjukkan, memberi pertolongan sosial kepada orang lain dapat memberi lebih banyak manfaat bagi si pemberi daripada si penerima pada tingkat neurobiologis. Para peneliti menggunakan teknik pencitraan otak fMRI untuk menentukan tiga manfaat spesifik bagi otak saat menolong orang lain.
Para relawan penelitian ditanya tentang berbagai skenario di mana mereka memberi atau menerima pertolongan sosial. Misalnya, memilih antara ‘berharap dari seseorang’ atau ‘berupaya membantu orang’ saat mereka ditimpa masalah. Atau, memilih antara ‘menunggu kedatangan seseorang’ atau ‘menghibur orang terdekat’ saat mereka merasa bersedih.
Seperti diperkirakan, memberi dan menerima bantuan sosial ini sama-sama berkorelasi dengan rendahnya hasil psikososial negatif yang dilaporkan. Namun, para peneliti tidak berhenti hanya pada pernyataan yang diberikan relawan penelitian. Mereka juga melakukan serangkaian tes neuroimaging dengan fMRI pada relawan untuk mengeksplorasi mekanisme saraf tentang bagaimana area otak tertentu dipengaruhi oleh pemberian bantuan sosial. Hasilnya, mereka menemukan bahwa pada akhirnya memberi pertolongan lebih bermanfaat bagi otak daripada menerima pertolongan.
Di zaman serigala-makan-serigala yang sering didorong perilaku machiavellian, ternyata otak tetap dirancang untuk merasa lebih dihargai bila kita bermurah hati dan tidak mementingkan diri sendiri daripada bila kita berlaku kejam dan egois. Tiga bagian utama otak yang mendapat manfaat dari memberikan bantuan sosial pada orang lain adalah;
- korteks cingulate anterior dorsal, insula anterior kanan, dan amigdala kanan, yang mengatur aktivitas berkurangnya stress
- striatum ventral kiri dan kanan, yang mengatur aktivitas terkait rasa peghargaan lebih tinggi
- septum yang berhubungan dengan aktivitas perawatan lebih tinggi
Di semua area otak ini, pemindaian fMRI menunjukkan aktivasi spesifik saat relawan memberikan bantuan, namun tidak banyak berreaksi saat relawan menerima dukungan. Sebagai contoh, para periset menemukan bahwa saat mengerjakan soal matematika yang penuh tekanan pada otak, peserta yang memberi paling banyak bantuan terlihat mengurangi aktivasi di area otak yang berkaitan dengan respons stres. Sementara, orang yang menerima bantuan pada soal matematika itu justru tidak menunjukkan aktivasi pada daerah otak yang terkait dengan stres.
Selain itu, memberi bantuan sosial dikaitkan dengan peningkatan aktivitas di area otak yang berfungsi sebagai bagian dari sistem penghargaan selama tugas ‘afiliasi’. Perubahan di dalam otak ini bisa memberi penjelasan mengapa altruisme dan menolong orang lain itu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan diri sendiri.
Pada level neurobiologis, penelitian ini menunjukkan dengan tepat cara-cara bagaimana Anda membantu orang lain tapi pada dasarnya Anda sedang menolong diri Anda sendiri. Imbalan bagi memberi dan menerima dukungan sosial itu menciptakan situasi win-win yang paling hebat. Bila seseorang yang sedang membutuhkan mendapat bantuan, dia mendapat keuntungan langsung dari bantuan sosial itu. Pada saat yang sama, si pemberi bantuan mendapat manfaat di daerah otak tertentu yang terkait pengurangan stres, peningkatan penghargaan, dan peningkatan perawatan.
Para peneliti menyatakan, ” Hasil ini menambah literatur yang menunjukkan bahwa menolong pihak lain adalah kontributor yang biasa diabaikan tentang bagaimana dukungan sosial dapat bermanfaat bagi kesehatan si pemberi dan penerima. Temuan ini mempertanyakan gagasan konvensional bahwa manfaat kesehatan dari pemberian bantuan ini hanya tercermin dari pihak yang menerima. Pada tingkat otak, hanya yang memberi bantuan lah yang terkait dengan hasil menguntungkan karena mengurangi aktivitas di area yang mengalami stres. Di sisi lain, memberikan pertolongan bisa memungkinkan seseorang mengendalikan kapan dan bagaimana dukungan diberikan… [dan] dapat menyebabkan pengurangan stres yang lebih efektif.”
Temuan dari penelitian ini menunjukkan, keseluruhan manfaat kesehatan dari menolong pihak lain memiliki akar yang spesifik di berbagai daerah otak. Temuan juga menunjukkan bahwa menolong pihak lain adalah bagian dari umpan balik yang memberi dukungan sosial lebih bermanfaat bagi si pemberi. Ini adalah desain biologis yang mungkin merupakan kunci bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan kita sebagai spesies manusia sampai sekarang.
Ada kalanya dalam kehidupan saat kita memerlukan bantuan orang lain, dan ada kalanya kita berada dalam posisi memberikan dukungan sosial pada orang lain. Idealnya, kondisi yin-yang dari memberi dan menerima pertolongan itu seimbang di sepanjang bentang kehidupan kita. Jelas, tidak akan seimbang jika Anda terus memberi pertolongan sosial tanpa pernah menerima bantuan, dan sebaliknya.
Studi lain pada September 2015 berjudul ‘Neural Correlate of Gratitude’ menunjukkan, ucapan ‘terima kasih’ yang tulus memiliki manfaat sangat khas di otak bagi penerima dukungan sosial. Dalam studi di University of Southern California (USC) itu, peneliti menggunakan pencitraan otak fMRI untuk memetakan korelasi neurobiologis dari rasa syukur. Mereka menemukan rasa syukur berkorelasi dengan aktivitas otak di korteks cingulate anterior dan korteks prefrontal medial. (*)
0 Response to "Menolong Orang Lain Itu Bermanfaat"
Post a Comment